Ana tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Di malam itu tidak biasanya hal itu terjadi. Ana pun langsung berlari ke kamar ibunya. “Ibu, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dan tiba-tiba tadi aku terbangun,” kata Ana sambil menyeka matanya karena masih mengantuk.Sang ibu pun terdiam dan tidak lama ia tersenyum sambil berkata, “Apakah Ana ada masalah di sekolah? Kalau ada, bolehkah ibu tahu?”
Akhirnya Ana pun menceritakan kejadian yang terjadi siang itu di sekolah, di mana Ana sedang marah terhadap sahabatnya Lisa yang tanpa sengaja mematahkan pensil kesayangannya. Dan Ana pun belum bisa memaafkan Lisa. Ibu Ana pun tersenyum, sambil mengusap wajah Ana dia berkata, “Besok pagi Ana temui Lisa ya, dan katakan kepada Lisa kalau Ana sudah memaafkan Lisa. Dan ibu yakin tidur Ana pasti nyenyak.”
Seringkali kita sebagai manusia diperhadapkan pada situasi yang demikian. Kita belum bisa memaafkan kesalahan orang lain. Kecewa dan sakit hati masih kita simpan. Padahal kita tahu bahwa hal itu tidak ada gunanya. Lantas mengapa kita tetap bersikeras jikalau nantinya kita akan kehilangan damai sejahtera?
Firman Tuhan telah memerdekakan kita. Kita tidak lagi menjadi anak-anak Tuhan yang selalu mengikuti keinginan daging. Allah yang penuh pengampunan selalu mengampuni setiap kesalahan kita. Mengapa kita tidak bisa mengampuni kesalahan orang lain? Jangan sampai hal itu menghilangkan damai sejahtera dalam hidup kita. Hiduplah dalam kebenaran dan biarkan damai sejahtera mengikuti kemanapun kita melangkah.
Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti.
[Yesaya 48:18]
Renungan oleh Natanael JK
Sumber: renunganhariankristen.net
0 Response to "Kehilangan Damai Sejahtera [Renungan]"
Posting Komentar